Salam Sahabat HomeSchooling, dalam agama Islam terdapat banyak lagi-lagi ibadah yang harus kita lakukan. Salah satu ibadah tersebut adalah aqiqah. Bagi yang belum mengetahui apa itu aqiqah, dalam artikel kali ini kita akan membahas pengertian aqiqah menurut bahasa dan istilah, bersama-sama kita pelajari.
Pengertian Aqiqah
Aqiqah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah memotong sesuatu dengan tajam, sedangkan dalam istilah kaidah syariat Islam, aqiqah adalah berqurban seekor hewan ternak dari jenis kambing atau domba.
Qurban tersebut dilakukan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas kelahiran seorang anak dan juga sebagai sarana amal ibadah yang mendapat keutamaan di hadapan-Nya.
Dalam aqiqah, hewan qurban tersebut dipotong dan dimasak, selanjutnya diberikan kepada tetangga, saudara, dan masyarakat sekitar.
Nah, itulah pengertian aqiqah menurut bahasa dan istilah.
Hukum Aqiqah
Hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkadah yang artinya adalah anjuran yang sangat kuat. Mengapa? Karena aqiqah sudah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan juga diulang-ulang dalam hadis-hadis shahih.
Hukum melakukan aqiqah hukumnya sunnah mu’akkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan, namun tidak diwajibkan.
Namun, bagi yang mampu dan diberikan kelapangan oleh Allah untuk melakukannya, maka sangat disarankan untuk melaksanakan aqiqah.
Aqiqah dalam Sejarah Islam
Dalam sejarah Islam, aqiqah telah dilakukan oleh ayah dari Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Abdul Muthalib, ketika Nabi Muhammad masih kecil.
Beliau memotong seekor kambing dan membagikan dagingnya kepada orang-orang miskin. Dalam Islam, aqiqah dilakukan ketika seorang bayi lahir.
Setelah itu, anak tersebut diberi nama dan rambutnya digunduli. Kemudian dilaksanakan aqiqah dengan membunuh dua ekor kambing atau domba.
Kapan Melakukan Aqiqah
Kapan sebaiknya pelaksanaan aqiqah dilakukan? Ada beberapa panduan yang dapat dijadikan patokan, antara lain sebagai berikut:
1. Setelah Anak Lahir
Pelaksanaan aqiqah harus dilakukan setelah bayi lahir. Tidak ada batasan umur, namun semakin cepat dilakukan, maka semakin baik.
Bahkan, menurut pendapat Imam Abu Hanifah, aqiqah dapat dilakukan bahkan sebelum bayi lahir, yaitu ketika ibu hamil telah mencapai usia kehamilan 6 atau 7 bulan.
2. Sebelum Bayi Berusia 7 Hari
Sebaiknya pelaksanaan aqiqah dilakukan sebelum bayi berusia 7 hari. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa aqiqah sebaiknya dilaksanakan ketika bayi telah berusia tujuh hari.
Bagi yang tidak mampu melaksanakan aqiqah sebelum bayi berusia 7 hari, maka dapat dilaksanakan kapan saja.
3. Pada Hari Kedelapan, Keempat Belas, atau Kedua Puluh Satu Setelah Kelahiran
Pelaksanaan aqiqah dapat dilakukan pada hari kedelapan, keempat belas, atau kedua puluh satu setelah kelahiran.
Hal ini merujuk pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa aqiqah dapat dilaksanakan pada hari tersebut. Namun, pelaksanaan aqiqah dapat dilakukan kapan saja sesuai kemampuan masing-masing.
Siapa yang Harus Melakukan Aqiqah?
Siapa yang seharusnya melakukan aqiqah? Pada hakikatnya, aqiqah adalah tanggung jawab orang tua dari bayi yang dilahirkan.
Dalam Islam, aqiqah dapat dilakukan oleh ibu atau ayah bayi yang baru lahir, atau bahkan dapat dilakukan oleh keduanya.
Bagi yang tidak mampu melaksanakan aqiqah, maka dapat dilakukan oleh keluarga, kerabat, atau bahkan bisa diwakilkan kepada orang lain yang mampu melaksanakannya.
Hewan untuk Aqiqah
Terkait hewan untuk aqiqah, sesuai dengan kaidah syariat Islam, sebaiknya menggunakan hewan ternak dari jenis kambing atau domba.
Minimal harus dilakukan qurban satu ekor kambing atau domba. Jika seorang ayah melaksanakan aqiqah untuk bayi laki-lakinya, ia harus berqurban dua ekor kambing atau domba.
Adapun untuk bayi perempuan, cukup satu ekor kambing atau domba. Destinasi qurban harus memiliki usia minimal 6 bulan, sehat dan juga tidak bermasalah dalam penglihatan dan pendengaran.
Cara Melakukan Aqiqah
Berikut ini adalah cara melakukan aqiqah yang benar sesuai syariat Islam:
1. Persiapan Alat-alat
Sebelum melakukan aqiqah, pastikan alat-alat yang diperlukan sudah siap. Misalnya pisau, pisau cukur, timbangan, dan lain-lain.
2. Penyembelihan Hewan Qurban
Setelah alat-alat siap, langkah selanjutnya adalah penyembelihan hewan qurban. Tempat penyembelihan haruslah bersih dan juga halal.
Kemudian pembagian dari daging hewan qurban tersebut, untuk disalurkan ke masyarakat sekitar, kerabat, dan saudara.
3. Menamai Bayi
Setelah itu, dilakukan proses penamaan bayi. Nama yang diberikan sebaiknya diambil dari nama-nama yang baik, islami, dan memiliki makna yang positif.
4. Menggunduli Rambut Bayi
Setelah nama bayi ditentukan, selanjutnya dilakukan proses menggunduli rambutnya. Hal ini dilakukan sebagai tanda bahwa bayi telah masuk ke dalam agama Islam.
Itulah cara melaksanakan aqiqah yang benar sesuai dengan syariat Islam.
Faq Aqiqah
Kategori | Pertanyaan | Jawaban |
---|---|---|
Hukum | Apakah hukum melakukan aqiqah? | Hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. |
Waktu | Kapan sebaiknya pelaksanaan aqiqah dilakukan? | Sebaiknya dilakukan setelah bayi lahir dan sebelum bayi berusia 7 hari. Namun, dapat dilakukan kapan saja sesuai kemampuan masing-masing. |
Siapa yang Melakukan | Siapa yang seharusnya melakukan aqiqah? | Ayah atau ibu bayi yang baru lahir, atau dapat dilakukan oleh keduanya, keluarga, kerabat, atau orang lain yang mampu melaksanakannya. |
Hewan | Apa jenis hewan yang harus digunakan dalam aqiqah? | Minimal harus menggunakan hewan ternak kambing atau domba. |
Kesimpulan
Demikianlah pengertian aqiqah menurut bahasa dan istilah, serta panduan pelaksanaan aqiqah yang benar sesuai dengan syariat Islam. Aqiqah adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan semoga artikel ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.